Senin, 15 April 2013

PRONOJIWO (Sebagai aphrosidiak & Mengatasi impotensi)

Kapsul Pronojiwo
(Sterculia javanica)



Manfaat:
  • Sebagai aphrosidiak,
  • Mengatasi impotensi dan meningkatkan kemampuan seksual.
Aturan Pakai
  • 1 kapsul x 2 kali sehari. (Pagi dan sore)
    Catatan : Perbanyaklah minum air putih selama mnengonsumsi obat herbal ini.
Spesifikasi
  • Bahan : Murni 100% pronojiwo
  • Kemasan : Botol
  • Isi per botol : 50 kapsul @ 500mg
Harga Eceran
  • Rp 40.000

    SEKILAS TENTANG PRONOJIWO/PRANAJIWA
     

    Tanaman  dengan nama Pronojiwo atau juga sering disebut Pranajiwa ini merupakan tanaman perdu dengan nama latin (Sterculia javanica) yang telah dikenal sebagai obat penguat tubuh terutama untuk lemah syahwat.

    Penelitian di laboratorium yang menguji efek aphrodisiak ekstrak biji pronojiwo manis menunjukkan bahwa tanaman ini dapat memberikan efek aphrodisiak pada hewan uji.


    Pranajiwa adalah tumbuhan perdu tegak dengan tinggi 0,5 m-1,5 m. Sekilas, bentuk daun anggita keluarga Leguminosae ini mirip daun melinjo. Pranajiwa terdapat di Pegunungan Himalaya, Filipina, dan Indonesia. Biasanya, tanaman padat manfaat ini bisa kita jumpai di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 m – 2.000 m dpl.

    Susunan daun pranajiwa berselang-seling dengan tangkai yang panjang. Setiap tangkai terdiri dari 3-5 anak daun berwarna hijau mengkilat. Panjang daunnya sekira 10 – 15 cm dengan pangkal membulat dan ujung lancip. Sedangkan tangkai bunganya, bersembulan dari ketiak-ketiak daun, tersusun bertandan dalam jumlah banyak. Ukuran bunga-bunga putih ini cukup mungil, sekira 1,25 cm.

    Buah pranajiwa yang mirip polong ini, berbentuk lonjong dengan panjang 1-2 cm. Pada waktu muda, polong berwarna cokelat dan berubah hitam keunguan setelah matang. Umumnya, dalam satu polong, terdapat satu biji yang besar. Rasanya? Sangat pahit!

    Secara klinis tanaman ini telah dilakukan  Uji Farmakologi dengan melakukan penelitian efek stimulan ekstrak air biji pronojiwo ( Sterculia javanica R. Br.) terhadap susunan syaraf pusat (SSP) pada mencit dan tikus putih. Pada pemberian oral ekstrak air biji pronojiwo dosis 448,22; 672,33 dan 1008,50 mg/kg bobot badan (BB) terlihat efek stimulan. Efek tersebut teramati dari peningkatan aktivitas motorik, rasa ingin tahu, ketangkasan dan nilai ambang kelelahan pada mencit. Peningkatan aktivitas motorik pada tikus terlihat pada pemberian oral ekstrak air biji pronojiwo pada dosis 317,75; 470,63 dan 705,90 mg/kg bobot badan. Dosis terkecil yang memberikan efek stimulan yang bermakna (P=0,05) pada mencit adalah 672,33 mg/kg BB, sedang pada tikus 470,63 mg/kg BB.

    Simplisia diekstraksi dengan cara infus.

    Sebelum percobaan, hewan dipelihara selama 1 minggu dan diamati tingkah lakunya. Hanya hewan-hewan yang sehat dan naif yang digunakan untuk percobaan. Sebelum dilakukan percobaan, mencit dan tikus dipuasakan selama 16-18 jam, air minum tetap diberikan.

    - Uji “Blind Screening”

    Tiga puluh ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol diberi air suling, kelompok uji diberi ekstrak biji pronojiwo dosis 500; 707,11; 994,05; 1401,61; 1976,27 mg/kg bb secara oral. Efek diamati setelah 45 menit pemberian sediaan, meliputi uji panggung, aktivitas motorik, uji refleks, uji katalepsi, uji gelantung, uji Haffner, pengamatan lakrimasi, salivasi, midriasis, jumlah tinja, urinasi, mortilitas selama uji sampai 24 jam.

    - Uji “Automatic Hole Board”

    Kelompok-kelopmpok mencit diadaptasi dengan kondisi ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Diberikan secara oral 45 menit sebelum mencit ditempatkan diatas Hole Board. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.

    Mencit ditempatkan ditengah-tengah board, lalu alat dinyalakan. Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang gelap, penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung, tanpa pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan dilakukan setiap menit selama 5 menit.

    - Uji “Tedeschi’s Actograph”

    Kelompok-kelompok tikus diadaptasi dengan kondisi ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan adalah 317,75; 470,63 dan 705,9 mg/kg bb. Diberikan secara oral 45 menit sebelum dimasukkan ke dalam kotak Tedeschi’s. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 10,9 mg/kg bb.

    Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang gelap, penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung, tanpa pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 15 menit.

    - Uji “Chimney”

    Sebelum percobaan mencit dipuasakan selama 16 jam. Dosis digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.

    Mencit diletakkan di ujung tabung gelas “Chimney” 45 menit setelah pemberian sediaan. Jika mencit telah mencapai ujung yang lain, posis tabung yang horizontal diubah menjadi vertikal. Mencit akan mencoba memanjat tabung dengan gerakan mundur. Kecepatan gerakan mencit pada kedua posisi tabung diukur.

    - Uji ketahanan (uji renang)

    Sebelum percobaan mencit dipuasakan selama 16 jam. Dosis digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Diberikan secara oral, kelompok kontrol doberikan air suling, dan kelompok penbanding diberikan Hept amyl dosis 39 mg/kg bb.

    Ikatkan pada ekor mencit pemberat 2 gram, masukkan mencit kedalam tempat yang berisi air. Ketahanan berenang diukur dari waktu mencit berenang sampai tenggelam.

    Terlihat adanya kenaikan jumlah jengukan dan kenaikan aktivitas mototrik. Efek bertambah dengan meningkatnya dosis.

    DE 50 = 672,33 mg/kg bb.

    Adanya peningkatan aktivitas motorik dan rasa ingin tahu secara berarti dibandingkan dengan kelompok kontrol (p 0,05) pada pemberian ekstrak dosis 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb.

    Tidak ada hubungan antara dosis dengan kenaikan jumlah aktivitas motorik dan rasa ingin tahu.

    Adanya kenaikan aktivitas motorik secara bermakana dibandingkan kelompok kontrol (p 0,05) pada pemberian ekstrak dosis 470,63 dan 705,9 mg/kg bb.

    Dan terlihat adanya kenaikan aktivitas motorik pada peningkatan dosis.

    Ketiga dosis ekstrak pronojiwo menunjukkan kenaikan aktivitas motorik yang berarti (p 0,05).
    Tidak ada hubungan antara pertambahan dosis dengan peningkatan ketangkasan.

    Adanya peningkatan nilai ambang kelelahan secara bermakna dibanding kelompok kontrol (p 0,05) pada dosis 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar