Rp 40.000
SEKILAS TENTANG
PRONOJIWO/PRANAJIWA
Tanaman dengan nama Pronojiwo atau juga sering
disebut Pranajiwa ini merupakan tanaman perdu dengan
nama latin (Sterculia javanica) yang telah dikenal
sebagai obat penguat tubuh terutama untuk lemah syahwat.
Penelitian di laboratorium yang menguji efek aphrodisiak
ekstrak biji pronojiwo manis menunjukkan bahwa tanaman
ini dapat memberikan efek aphrodisiak pada hewan uji.
Pranajiwa adalah tumbuhan perdu tegak dengan tinggi 0,5
m-1,5 m. Sekilas, bentuk daun anggita keluarga
Leguminosae ini mirip daun melinjo. Pranajiwa terdapat
di Pegunungan Himalaya, Filipina, dan Indonesia.
Biasanya, tanaman padat manfaat ini bisa kita jumpai di
daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 m – 2.000 m
dpl.
Susunan daun pranajiwa berselang-seling dengan tangkai
yang panjang. Setiap tangkai terdiri dari 3-5 anak daun
berwarna hijau mengkilat. Panjang daunnya sekira 10 – 15
cm dengan pangkal membulat dan ujung lancip. Sedangkan
tangkai bunganya, bersembulan dari ketiak-ketiak daun,
tersusun bertandan dalam jumlah banyak. Ukuran
bunga-bunga putih ini cukup mungil, sekira 1,25 cm.
Buah pranajiwa yang mirip polong ini, berbentuk lonjong
dengan panjang 1-2 cm. Pada waktu muda, polong berwarna
cokelat dan berubah hitam keunguan setelah matang.
Umumnya, dalam satu polong, terdapat satu biji yang
besar. Rasanya? Sangat pahit!
Secara klinis tanaman ini telah dilakukan Uji
Farmakologi dengan melakukan penelitian efek stimulan
ekstrak air biji pronojiwo ( Sterculia javanica R. Br.)
terhadap susunan syaraf pusat (SSP) pada mencit dan
tikus putih. Pada pemberian oral ekstrak air biji
pronojiwo dosis 448,22; 672,33 dan 1008,50 mg/kg bobot
badan (BB) terlihat efek stimulan. Efek tersebut
teramati dari peningkatan aktivitas motorik, rasa ingin
tahu, ketangkasan dan nilai ambang kelelahan pada mencit.
Peningkatan aktivitas motorik pada tikus terlihat pada
pemberian oral ekstrak air biji pronojiwo pada dosis
317,75; 470,63 dan 705,90 mg/kg bobot badan. Dosis
terkecil yang memberikan efek stimulan yang bermakna
(P=0,05) pada mencit adalah 672,33 mg/kg BB, sedang pada
tikus 470,63 mg/kg BB.
Simplisia diekstraksi dengan cara infus.
Sebelum percobaan, hewan dipelihara selama 1 minggu dan
diamati tingkah lakunya. Hanya hewan-hewan yang sehat
dan naif yang digunakan untuk percobaan. Sebelum
dilakukan percobaan, mencit dan tikus dipuasakan selama
16-18 jam, air minum tetap diberikan.
- Uji “Blind Screening”
Tiga puluh ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok.
Kelompok kontrol diberi air suling, kelompok uji diberi
ekstrak biji pronojiwo dosis 500; 707,11; 994,05;
1401,61; 1976,27 mg/kg bb secara oral. Efek diamati
setelah 45 menit pemberian sediaan, meliputi uji
panggung, aktivitas motorik, uji refleks, uji katalepsi,
uji gelantung, uji Haffner, pengamatan lakrimasi,
salivasi, midriasis, jumlah tinja, urinasi, mortilitas
selama uji sampai 24 jam.
- Uji “Automatic Hole Board”
Kelompok-kelopmpok mencit diadaptasi dengan kondisi
ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan
adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Diberikan
secara oral 45 menit sebelum mencit ditempatkan diatas
Hole Board. Kelompok kontrol diberi air suling, dan
kelompok pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.
Mencit ditempatkan ditengah-tengah board, lalu alat
dinyalakan. Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang
gelap, penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung,
tanpa pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan
dilakukan setiap menit selama 5 menit.
- Uji “Tedeschi’s Actograph”
Kelompok-kelompok tikus diadaptasi dengan kondisi
ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan
adalah 317,75; 470,63 dan 705,9 mg/kg bb. Diberikan
secara oral 45 menit sebelum dimasukkan ke dalam kotak
Tedeschi’s. Kelompok kontrol diberi air suling, dan
kelompok pembanding diberi kofein dosis 10,9 mg/kg bb.
Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang gelap,
penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung, tanpa
pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan
dilakukan setiap 5 menit selama 15 menit.
- Uji “Chimney”
Sebelum percobaan mencit dipuasakan selama 16 jam. Dosis
digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb.
Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok
pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.
Mencit diletakkan di ujung tabung gelas “Chimney” 45
menit setelah pemberian sediaan. Jika mencit telah
mencapai ujung yang lain, posis tabung yang horizontal
diubah menjadi vertikal. Mencit akan mencoba memanjat
tabung dengan gerakan mundur. Kecepatan gerakan mencit
pada kedua posisi tabung diukur.
- Uji ketahanan (uji renang)
Sebelum percobaan mencit dipuasakan selama 16 jam. Dosis
digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb.
Diberikan secara oral, kelompok kontrol doberikan air
suling, dan kelompok penbanding diberikan Hept amyl
dosis 39 mg/kg bb.
Ikatkan pada ekor mencit pemberat 2 gram, masukkan
mencit kedalam tempat yang berisi air. Ketahanan
berenang diukur dari waktu mencit berenang sampai
tenggelam.
Terlihat adanya kenaikan jumlah jengukan dan kenaikan
aktivitas mototrik. Efek bertambah dengan meningkatnya
dosis.
DE 50 = 672,33 mg/kg bb.
Adanya peningkatan aktivitas motorik dan rasa ingin tahu
secara berarti dibandingkan dengan kelompok kontrol (p
0,05) pada pemberian ekstrak dosis 672,33 dan 1008,5
mg/kg bb.
Tidak ada hubungan antara dosis dengan kenaikan jumlah
aktivitas motorik dan rasa ingin tahu.
Adanya kenaikan aktivitas motorik secara bermakana
dibandingkan kelompok kontrol (p 0,05) pada pemberian
ekstrak dosis 470,63 dan 705,9 mg/kg bb.
Dan terlihat adanya kenaikan aktivitas motorik pada
peningkatan dosis.
Ketiga dosis ekstrak pronojiwo menunjukkan kenaikan
aktivitas motorik yang berarti (p 0,05).
Tidak ada hubungan antara pertambahan dosis dengan
peningkatan ketangkasan.
Adanya peningkatan nilai ambang kelelahan secara
bermakna dibanding kelompok kontrol (p 0,05) pada dosis
470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb.